Hingga Pebruari 2020 RSUD Jombang Menangani 366 Pengidap HIV-AIDS
Jombang, layang.co – Tim Medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang dalam kurung waktu hingga Pebruari 2020 menangani 366 orang pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus)- AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Dokter Hardini Indarwati, MH.Kes, Medichal Dokter di Poli VCT (Voluntary Counselling and Testing) RSUD Jombang, Kamis (26/3/2020) kepada layang.co mengatakan, temuan itu berdasarkan hasil kolaborasi dengan beberapa poli rawat jalan dan rawat inap di RSUD Jombang dan rujukan dari rumah sakit sekitar, bila ada tanda menuju ke HIV.
Atas kerja Poli VCT, terdekteksi sebanyak 366 yang berstatus ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS), terdiri atas laki-laki 206 orang dan 160 orang perempuan. Secara umum, kategori penderita ODHA masuk dalam usia produktif, berumur 25 – 55 tahun.
Sekitar 60-70 persen ditemukan dalam stadium 3 (tiga), mayoritas penderita tertular dari pasangannya (suami-istri). Akan tetapi, ada juga penderita yang bertatus lajang, masih pelajar.
“Sangat memprihatinkan, diantara ODHA tadi ada yang berumur 17 tahun, berstatus sebagai siswi sebuah SMK. Anak ini diketahui mempunyai banyak teman, bergaul tidak terbatas dengan teman laki-lakinya. Orang tuanya mengetahui kondisi yang diderita anaknya setelah dilakukan pengobatan di rumah sakit,” ungkap Dokter Dini.
ODHA ini ditemukan sudah pada stadium 3. Yakni ditandai adanya penurunan berat badan tanpa sebab, diare kronis lebih dari 1 bulan, demam terus menerus lebih dari 1 bulan, infeksi jamur di mulut, tuberkulosis paru dan tanda lainnya.
Dari jumlah tersebut, pada bulan Januari 2020 tercatat meninggal sebanyak 8 orang, terdiri laki-laki 4 orang dan perempuan 4 orang, sedangkan pada bulan Pebruari lalu ada 4 orang meninggal, yakni laki-laki 1 orang dan perempuan 3 orang.
“Penemuan ini patut diwaspadai karena penyebarannya terus bertambah secara masif. Butuh peran aktif orang tua dalam mengawasi aktifitas putra-putrinya. Selain itu, penting adanya lintas sektoral turut berpartisipasi melakukan sosialisasi guna menekan penyebarannya, untuk menyelamatkan generasi bangsa,” harapnya.
ODHA lainnya, lanjut Alumnus Universitas Airlangga tahun 1987 ini, masih dalam proses pengobatan. Bahkan apabila ada ODHA yang tidak datang untuk berobat ke Poli VCT, 5 orang Petugas Pendamping RSUD Jombang akan melakukan home visit untuk memberikan motivasi agar ODHA secara rutin terus mengkonsumsi obat Antiretrovirus (ARV) selamanya, gratis dari pemerintah, kata Hardini Indarwati Dokter yang pernah tugas di Puskesmas Tambakrejo, Jombang ini.
Solusi untuk menekan penyebaran HIV-AIDS menurutnya, salah satu langkah yakni, peranan petugas Dakwah lintas agama agar menyerukan kepada jamaah untuk memahami cara penularan dan menjauhi cara penyebaran HIV-AIDS. “Jauhi penyakitnya, jangan jauhi orangnya,” tukasnya.
“Penularan HIV-AIDS bisa dengan beberapa cara, seperti melalui hubungan seksual, melalui kontak darah, melalui cairan tubuh, ASI dari ibu ODHA, melalui cairan dari alat kelamin,” jelasnya.
Belakangan ini, pemicu naiknya ODHA pengaruh smart phone. Terutama bagi anak muda yang kurang selekstif, janjian melalui chatting mengarah ke hal seronok, mengaskses konten dewasa, lantas mengikuti melakukan kontak hubungan fisik yang mengarah pada pergaulan bebas.
“Perihal pergaulan bebas yang harus diantisipasi. Karenanya peranan orang tua sangat dianjurkan harus melakukanm pengawasan lebih. Ini berkaitan dengan penurunan moral pada sebagian generasi muda di lingkungan kita,” ajak dr Hardini, Ketua Komite Etik Hukum RSUD Jombang ini. (dan)