Di Jombang Masih Ada 1.679 Penderita TBC, Waspadai dan Penderita Bisa Berobat Gratis
Jombang, layang.co – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang drg. Subrandriyah, MKP., mengingatkan kepada masyarakat Jombang untuk tetap waspada terhadap penularan dan penyebaran penyakit TBC (Tuberkulosis). Hal ini karena di Kabupaten Jombang masih ada penderita yang terdeteksi relatif masih banyak.
Data dari Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jombang mengungkapkan, pada tahun 2018 ditemukan 1.573 kasus, sedangkan pada tahun 2019 tercatat 1.679 kasus. Data tersebut berdasarkan laporan dari Rumah Sakit dan 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Jombang.
Kadis Kesehatan melalui Kabid P2P, Wahyu Srihardini didampingi Kasi P2P Haryo Purwono menjelaskan dari 1.573 kasus, tercatat 69 orang meninggal dunia dalam proses pengobatan. Sebanyak 608 berhasil sembuh setelah mengikuti pengobatan intensif, minimal selama 6 bulan berturut-turut.
Selama tahun 2018 tercatat 122 orang putus berobat, 11 orang penderita gagal. Status gagal ini dalam pemeriksaan backteri TBC tetap muncul saat pengobatan masih berlangsung. Sedangkan hasil kesembuhan penderita TBC di Jombang mencapai 87,16 persen pada tahun 2018 lalu. “Penanganan tahun 2019 masih proses evaluasi,” ujar Wahyu Srihadini, Selasa (10/3) di ruang kerjanya.
Adanya kenaikan data penderita tahun 2018 dibanding data tahun 2019, katanya, disebabkan hasil kerja pemantauan tim medis di saat pelayanan kesehatan di perdesaan. Selain, adanya peningkatan penderita yang berobat ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di RS maupun di Puskesmas.
Yang kita sayangkan adalah, penderita baru berobat setelah dalam kondisi agak parah. Sehingga memperlambat proses penyembuhan dalam penanganan. Seharusnya, jika mengalami batuk terus menerus dalam dua minggu lebih segeralah datang ke Puskesmas.
“Bagaimana hasil pemeriksaan di Puskemas nanti akan dirujuk ke Rumah Sakit, untuk mendapat tindakan lebih lanjut,” kata Kabid P2P ini.
Kepala Seksi P2P Dinas Kesehatan Haryo Purwono menambahkan penularan TBC itu relatif mudah dan cepat. Misalnya, melalui percikan air mulut penderita TBC. Karenanya butuh membiasakan diri hidup sehat, dengan cuci tangan pakai sabun, menjaga etika saat batuk atau bersin.
Menurut data Bidang P2P, usia penderita TBC mayoritas usia 15 – 45 tahun. Penderita bisa berobat gratis dengan cara datang ke Puskesmas. Bahkan di dalam program Begadang (Jombang Berkarakter dan Berdaya Saing) per desa mendapat kucuran dana APBD Rp 200 juta, didalamnya ada program bantuan biaya berobat bagi penderita TBC Rp 800.000/orang untuk masa pengobatan intensif 6 bulan.
“Penyakit TBC hingga sekarang masih menjadi problem bagi dunia, meskipun sudah ditemukan obat yang mujarab, dan penderita bisa sembuh. Namun, kematian disebabkan akibat TBC masih relatif tinggi. Bahkan Indonesia menduduki urutan kedua, dengan komposisi penduduk kelima terbesar di dunia,” kata Haryo Purwono, Sarjana Teknik Penyehatan Lingkungan ini, tanpa merinci angka penderita.
Menurutnya, jikalau ada penambahan data penderita TBC naik, ini bukan berarti daerah kita jelek. Akan tetapi, dengan munculnya, atau ditemukan kasus tambahan akan mempercepat penanganan yang selanjutnya bisa menekan jumlah penderita. Komposisi TBC itu bagaikan venomena gunung es. Yang terlihat sedikit, namun yang belum tampak bisa jadi lebih banyak, kata Haryo.
Untuk itu, tambahnya, kita harus berupaya membiasakan hidup sehat, menjaga imunitas tubuh agar tahan dari serangan berbagai penyakit, meningkatkan asupan gizi sesuai kebutuhan, dan menjaga kebersihan lingkungan. (dan)