Bersinergi dengan Kader Posyandu Desa, Puskesmas Kesamben Lakukan Screning dan Sosialisasi ATM
Jombang, layang.co – Puskesmas Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur bersinergi dengan pelaku peningkatan kesehatan masyarakat, Kader Posyandu Desa Kesamben melakukan sosialisasi ATM, meliputi materi HIV-AIDS, TBC dan Malaria.
Sosialisasi dilakukan, Selasa (25/11/2025) di kediaman Kepala Dusun Kedungsambil RT 02 RW 08, Desa Kesamben, sekitar 3 kilometer jarak dari titik nol Puskesman Kesamben berlokasi di Dusun Ngembul, Desa Kesamben.
Tujuan sosialisasi menyampaikan akurasi informasi kepada masyarakat terhadap pentingnya pengetahuan tentang tiga hal ATM. Kader Posyandu sebagai penggerak, penyuluh kesehatan tingkat akar rumput diminta menyampaikan, mendorong penderita memeriksankan kesehatan dan melaporkan manakala ada penderita ATM di lingkungan domisili Kader.
“Jangan dikucilkan penderita HIV-AIDS, tetapi dekati penderita seperti orang biasa, beri suport agar bersedia berobat. Penularan HIV-AIDS tidak menular melalui kedekatan kita dalam pergaulan sehari-hari,” demikian beber dr Wike Dwi Putri, seorang pemateri di hadapan Kader.
dr Wike, Alumnus Fakultas Kedokteran Univeritas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya lebih detail menyampaikan, pahami cara penularannya, hanya bisa melalui kontak langsung cairan tubuh dengan orang yang terifeksi, hubungan sexual, transfusi darah, jarum suntik bergantian dan melalui air susu ibu.
“HIV-AIDS tidak menular dikarenakan kita duduk berdampingan, bersalaman, rangkulan bersenggolan. Sebab itu, mari kita bebaskan stigma negatif kepada penderita HIV-AIDS. Mereka butuh kita dampingi agar bersedia aktif minum obat terus untuk sehat,” ajaknya.
Disampaikannya, fase gejala HIV-AIDS muncul tidak tiba-tiba, melainkan bertahun, ditandai sariawan parah, lidah bengkak tidak sembuh-sembuh, muncul kelenjar bening di leher, diare terus menerus, gatal-gatal pada tubuh, muncul jamur pada bagian tubuh tertentu.
dr Wike menyarankan, untuk menghindari agar tidak tertular, butuh melindungi diri ketika melakukan hubungan sexual dengan pasangan yang berisiko, dengan memakai kondum.
“Hindari kontak cairan tubuh dengan orang berisiko, seperti waria, pekerja seks kumersial, atau orang yang suka berganti pasangan,” sarannya.
Upaya mensuport pasien HIV-AIDS agar semangat dan hidup normal, bisa minta pendampingan tim konseling kesehatan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) bidang kesehatan yang sudah ditentukan.
HIV-AIDS sudah ada dan tersedia obatnya, yaitu antiretroviral (ART). Obat ini harus dikonsumsi terus menerus. Apabila berhenti nimun obat karena merasa sudah sehat, suatu saat apabila muncul virus HIV-AIDS dan pengobatannya akan lebih sulit.

Hasil Screning Bebas HIV-AIDS
Sembari dilakukan sosialisasi tim medis dari Puskesmas Kesamben juga melakukan screning kepada Kader yang menyertai kegiatan tersebut. Setidaknya, 30 kader telah menjalani screning, hasilnya dinyatakan bebas dari HIV-AIDS.
“Tujuan sosialisasi ini mencari atau menjaring informasi terhadap penderita HIV-AIDS, TBC maupun sakit karena gigitan nyamuk malaria,” papar Selamet Puji Ismawanto, penanggungjawab program pemberantasan HIV-AIDS Puskesmasn Kesamben, saat berbincang dengan https://layang.co, di tempat kegiatan.
Slamet, panggilan akrabnya, belum bersedia menyebut jumlahnya, namun mengakui di Puskesmas Kesamben masih muncul penderita HIV-AIDS dari hasil pemeriksaan kesehatan masyarakat. Sebab itu, melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan bisa mendapatkan informasi tentang pasien baru.
Sosialisasi TBC
Mendampingi dr Wike, Selamet Puji menyampaikan slogan “STOP HIV-AIDS,”. “STOP” yang merupakan singkatan dari Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan.
“Semoga melalui slogan STOP ini, tidak ada lagi penederita HIV-AIDS muncul baru,” tandasnya didampingi Eny, penanggungjawab program TBC Puskesmas Kesamben.
Sosialiasasi berlangsung secara dialogis, dengan menyampaikan pertanyayan dan penjelasan detail tentang kesehatan, terkait HIV-AIDS, TBS dan Malaria.
Seperti, bagaimana upaya menghindari penularan TBC dan mengobati TBC paru-paru? “memeriksakan diri ke Puskesmas, mengenakan masker, nimum obat secara rutin selama 6 bulan,” jawab para Kader serempak dan menimbulkan gelak tawa karena kompak.
Sedangkan materi tentang penyebaran malaria, Selamet Puji Ismawanto tidak menyampaikan lebih detail, menurutnya, di wilayah Kesamben, tidak ditemukan adanya penderita malaria. Hal ini karena pemerintah masing-masing desa aktif melakukan foging, membasmi jentik-jantik nyamuk, Anopheles. (dan)














