Poli VCT RSUD Jombang Layani Deteksi dan Terapi HIV/AIDS Sepenuh Hati: Pengobatan Bukan Akhir, tapi Awal untuk Hidup Lebih Sehat
Jombang, layang.co – Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran, MKP melalui dokter spesialis penyakit dalam, dr Mukhammad Burhanudin, Sp.PD menyerukan bagi siapa saja yang merasa memiliki risiko penularan HIV, silahkan melakukan cek kesehatan melalui VCT (Voluntary Counseling and Testing).
Jangan menunda, jangan ragu, jangan malu untuk memeriksakan diri. Bila hasilnya positif, itu bukan vonis akhir, justru pengobatan merupakan awal hidup lebih sehat ke depannya. Demikian pesan Dokter Burhan yang telah bertugas di RSUD Jombang sejak 2022 ini. Pesan itu disampaikan saat dialog pada sesi Humas RSUD Menyapa yang dipandu Gionnita Prakoso dengan tema “Deteksi dan Terapi HIV diLlayanan Poli VCT RSUD Jombang”, Rabu (17/9/2025)
Dokter spesialis penyakit dalam lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya tahun 2022 ini mengajak publik menghilangkan stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS. “Mari kita stop stigma, terhadap penyakit apapun. Termasuk HIV. Kita lawan penyakitnya, tapi jangan orangnya. Tidak boleh memberi stigma atau menyalahkan. Orangnya merupakan individu, yang sakit butuh berobat,” tandasnya.
Poli VCT di RSUD Jombang secara khusus menyediakan layanan konseling, diagnosis dan terapi HIV. professional yang terdiri dari dokter spesialis, perawat, konselor dan psikolog siap memberi layanan dengan professional dan ramah dengan memegang teguh aspek kerahasiaan dan privasi pasien.
Sejauh ini, kunjungan pasien untuk test VCT di RSUD Jombang sekitar 10-20 orang per hari. Mereka bukan hanya warga Jombang, tetapi ada yang berasal dari luar Kabupaten Jombang. Ada juga yang sudah bertahun rutin berobat karena nyaman dengan pelayanan yang diberikan.
Disampaikan oleh dokter Burhan, Indonesia berdasarkan data terbaru, menduduki urutan ke 14 di seluruh dunia dalam hal jumlah pasien HIV, total lebih dari 600 ribu penderita HIV per tahun 2025. Bahkan, penemuan kasus terbaru, di Indonesia menjadi urutan ke-9 di seluruh dunia. “Tingginya angka ini menunjukkan keaktifan petugas kesehatan dalam menditeksi dan memeriksa pasien saat test kesehatan,” ungkapnya.
Test VCT HIV, bersifat suka rela bagi individu yang beresiko atau memiliki gejala penyerta penyakit lain seperti TBC, penyakit kulit dan kelamin, diare kronis dan lain sebagainya yang dapat terkait penurunan daya tahan tubuh.
Dokter Burhan menjelaskan, HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan infeksi dan penyakit. Virus ini banyak terdapat pada darah dan cairan kelamin.
Penularan HIV bisa melalui tiga cara, melalui darah, hubungan seksual, atau dari ibu hamil ke anaknya. “Karena itu, pengetahuan tentang penularan HIV sangat penting, kalau tak kenal maka bukan saja tak bisa menghindari, tapi malah bisa jadi ketakutan berlebihan. Misalnya bersalaman, mengobrol atau makan bersama dengan orang yang terinfksi HIV bukanlah penyebab penularan.” ujarnya.
Tanpa pengobatan, HIV dapat berkembang menjadi penyakit, namanya AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah, tubuh menjadi mudah terserang penyakit.
Sebab itu, pemeriksaan VCT HIV merupakan langkah awal mengetahui kondisi diri. Memeriksan diri sedini mungkin merupakan bentuk keperdulian terhadap kesehatan. Andaikata hasilnya positif, bukan akhir dari segalanya, justru itu awal untuk hidup sehat lebih baik.
“Manakala ketahuan positif, kita mulai melakukan pengobatan. Tapi kalau ketahuan positif saja belum, tiba-tiba sudah kondisi komplikasi, sakit berat, baru diobati, ini ‘kan terlambat,” ucapnya.
Dokter Burhan menyampaikan stadium awal (satu) terjangkit HIV belum muncul gejala. Stadium dua gejala muncul ringan-ringan saja, mirip flu biasa. Pada stadium tiga ke atas baru muncul gejala. Contohnya diare kronis, batuk lama tidak sembuh-sembuh, badan panas tidak sembuh-sembuh, muncul pembesaran kelenjar getah bening, berat badan cenderung turun.
ARV Obat HIV tersedia gratis bagi yang memerlukan.
Sebelum dilakukan test VCT, kita awali dengan konseling, ngobrol latar belakang, tentang gejala yang muncul, riwayat kehidupan dan faktor risiko yang ada, motivasi untuk memiliki kemauan berobat. Penyakit HIV-AIDS sudah ada obatnya, yaitu Antiretroviral (ARV), bisa diperoleh secara gratis di poli VCT bagi yang hasil tesnya positif.
Obat ARV mampu menekan virus HIV dalam tubuh manusia sampai seminimal mungkin, sampai tidak terditeksi. Akan tetapi, pasien belum bisa dikatakan sudah sembuh, sehingga obat dihentikan. Pasien yang sudah ARV rutin mayoritas tidak nampak sakit, daya tubuhnya sudah membaik dan badan tampak sehat. Obat ARV ini harus rutin diminum seumur hidup. Penghentian obat secara sepihak dapat menyebabkan resistensi atau kekebalan sehingga lebih sulit dilakukan pengobatan.
Poli VCT RSUD Jombang didukung empat tenaga medis spesialis penyakit dalam, memberikan layanan sepenuh hati, siap melakukan pemeriksaan dan pendampingan untuk kesembuhan penderita HIV-AIDS. Poli VCT memiliki jejaring untuk pendampingan penderita HIV/AIDS, kerjasama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang sudah matang pengetahuannya tentang HIV/AIDS. Bahkan mereka turun melakukan pendampingan ke tempat tinggal pasien.
“Mohon maaf, bukan dokter spesialis yang datang kunjungan, ada tenaga LSM yang konsen HIV/AIDS. Bahkan, ada perwakilan yang standbay tiap hari poli, mendampingi pasien, memberi suport agar pasien terus tetap berkembang sehat, mau berobat,” tutup dokter Burhan. (dan)