Antisipasi Gagal Panen, Pemdes Watudakon Kesamben Jombang Keduk Saluran Pembuangan Air
Jombang, layang.co – Pemerintah Desa Watudakaon, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur mengambil langkah sigap dalam upaya peningkatan kesejahteraan usaha tani.
Yakni dengan melakukan normalisasi saluran pembuangan air irigasi di lingkungan persawahan di desa setempat, khususnya di Dusun Rembugwangi. Upaya ini menyikapi insiden banjir, yang menimbulkan kerugian para petani penggarap, tanaman buah semangka, awal bulan Mei 2025 lalu.
“Sidimentasi saluran sudah dangkal, menyebabkan aliran air mambeg, mengalir tidak bisa lancar, sehingga perlu dikeduk. Insya Alloh, setelah dikerjakan, akan normal dan tidak lagi ada kegagalan panen,” tukas Suharto, S.Sos., ST, Kepala Desa Watudakon kepada https://layang.co saat meninjau lokasi pengerukkan, Jum’at (5/6/2025).
Sebagaimana diketahui, warga tani di Dusun Rembugwangi mengalami gagal panen buah semangka siap petik, akibat buah semangka terendam air, busuk, disamping cuaca dan curah hujan relatif tinggi. Kejadian serupa juga dialami petani di Dusun Watudakon, Dusun Jerukwangi di desa setempat yang menaman buah semangka.
Satu Patok, banon 200 tanaman semangka tahun lalu dijual tebasan dilahan laku sekitar Rp 20-an juta. Namun tahun 2025 ini bervariasi, dibawah Rp 5 juta. Harga itu untuk biaya garap sekitar Rp 8-an juta tidak kembali.
“Bahkan ada yang tidak bisa dipanen, tidak mendapatkan uang balik modal, alias hanya dihargai Rp 1,5 juta. Untuk beli pupuk, obat-obatan dan ongkos kerja tidak cukup, karena seluruh hamparan sawah terendam air,” papar Kades.
Pantauan di lapangan, normalisasi menggunakan mesin bego, mulai dikerjakan, Senin (2/6/2025). Lokasi disisi timur wilayah kampung. Saluran dangkal yang semula lebar kurang dari satu meter, diluaskan menjadi 1,5 meter, kedalaman menjadi lebih rendah dari permukaan sawah.
Panjang saluran yang dikeduk mencapai 1,5 KM, berbatasan dengan jalan kampung rabat beton menuju persawahan. Petani telah memasang pipa paralon diujung sawah terbenam pada tanggul sebagai penahan saluran pembuangan air dari sawah.
“Nah, dikerjakan serupa ini yang kami harapkan, ada tanggul sehingga luapan air dari permukiman tidak bisa menerobos/masuk ke sawah,” ucap Suroto (67 tahun) seorang petani yang memiliki lahan cukup luas di kawasan tersebut dan mengalami kerugian paling banyak dibanding petani lain.
Kades Suharto menjelaskan, pengerukan sidimentasi, baru disikapi tahun 2025 ini menyesuaikan kecukupan anggaran melalui program pembangunan sarana dan prasarana desa, terutama terkait dengan dukungan program pemerintah pusat (Presiden, red) terhadap ketahanan pangan.
“Anggaran kegiatan normalisasi bersumber dari dana desa (DD) tahun 2025, nilainya relatif, menyesuikan kebutuhan, karena yang dikerjakan bukan hanya pada saluran untuk kepentingan usaha tani, melainkan juga ada normalisasi saluran permukiman didalam dusun,” beber Kades tanpa bersedia menyebut nilai pos anggaran.
Dia menambahkan, kegiatan ini diharapkan memberi manfaat optimal, bisa meningkatkan hasil panen usaha tani diwilayah tersebut. Pengalaman hasil panen padi, pada kawasan tersebut produksi sekitar 1,1 ton per banon seratus.
“Dengan kondisi sudah normal, lahan tidak becer, hasilnya akan lebih meningkat baik, apabila nanti panen padi maupun jagung, yang sementara ini sedang persiapan tanam jagung,” pungkas Suharto. (dan)