Kementrian LHK akan Pulihkan Lingkungan yang Terkena Dampak Limbah B3 di Jombang

0
568
Dr Ir Haruki Agustina, M.Sc Menyampaikan Materi Sosialisasi Dampak Limbah B3

Kementrian LHK akan Pulihkan Lingkungan yang Terkena Dampak Limbah B3 di Jombang

Jombang, layang.co – Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan melakukan  pemulihan  lingkungan yang terkena dampak pembuangan dan pengolahan limbah  elektronik, aluminium maupun  plastik di Kabupaten Jombang dalam tahun 2020.

Upaya itu akan melibatkan pelaku usaha dan warga masyarakat yang sehari-hari melakukan kegiatan mencari nafkah terkait dengan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3).  Pemulihan itu akan mengarah pada perubahan lingkungan untuk tumbuh ke arah sektor ekonomi  kerakyatan ramah lingkungan.

Demikian disampaikan oleh Dr Ir Haruki Agustina, M.Sc Direktur Pemulihan Kontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa (3/12) di Jombang. Hal tersebut diutarakan dalam rangka Sosialisasi Rencana Pengelolaan Limbah B3 di Jombang.

Perserta Sosialisasi Didominasi Pelaku Pengelola Usaha Limbah B3

Hadir dalam acara tersebut sekaligus membuka acara Sosialisasi yakni Wakil Bupati Sumrambah, Drs Utomo Santoso Direktur PT Teknoltama Lingkungan Internusa sebagai instruktur, pelaku usaha pengolaan limbah elektronik. Selain itu, hadir sekitar 100 orang warga pelakuk usaha pengolah limbah B3 berasal dari empat kecamatan di Jombang, meliputi warga Kecamatan Sumobito, Kecamatan Kesamben, Kecamatan Peterongan, dan Kecamatan Mojoagung.

Hadir pula Forpimca empat kecamatan tersebut, diantaranya Camat Kesamben Tomson Tranggono, Kasi Satpol PP Kesamben Sunarno, dan perangkat desa yang daerahnya terkena dampak limbah B3.

Wabup yang membuka Sosialisasi di Ruang Suryodiningrat Hotel Yusro itu menyampaikan ucapan terima kasih adanya perhatian dari Kementrian LHK terdapat kondisi lingkungan di Jombang. Kementrian telah memberikan solusi terbaik bagi warga masyarakat, yang mana sebelumnya Pemerintah Kabupaten Jombang belum memiliki solusi terhadap permasalahan B3, terkait teknologi terapan yang digunakan.

“Kami tahu permasalahan ini. Tetapi kami tidak mungkin membunuh jalannya usaha ini yang sudah ditekuni berpuluh tahun oleh warga setempat. Dan telah mendongkrak perekonomian pelaku usaha yang terlibat. Kami juga paham dampak yang ditimbulkan, namun solusi dan biaya untuk menyelesaikan problem ini belum terpikir secara jernih bagi kami,” ungkapnya.

Sebab itu, Wabup berharap warga bisa bersinergi untuk sepakat mencari solusi terbaik. Tidak boleh lepas tangan begitu saja. Mengingat sudah tidak terukur hasil yang telah dinikmati, saatnya sekarang untuk berpikir bersama mencari solusi tanpa menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Tanpa menimbulkan kerugian terhadap lahan sumber pangan orang lain.

Dr Ir Haruki Agustina, M.Sc alumnus Ilmu Lingkungan Univesitas Indonesia saat  menyampaikan materinya mengajak pelaku usaha untuk berpikir jernih. Tetapi masih tetap bisa menjalankan usaha namun berusaha menekan sekecil mungkin dampak yang ditimbulkan. Karena B3 betul-betul memberikan efek negatif dalam waktu panjang bagi kehidupan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

“Janganlah menyuruh ibu-ibu bekerja dalam lingkup pengolah limbah B3. Karena dampaknya bisa masuk ke dalam tubuh. Dampak itu baru muncul 10 tahun kemudian. Efeknya, bisa menyebabkan kanker, ketika si ibu melahirkan anaknya bisa cacat, ideot atau cacat fisik lainnya, “ ungkap Haruki.

Menurut Haruki, sembari menunjukkan visual di layar LCD lingkungan yang terkontaminasi B3 di wilayah empat kecamatan sudah mencapai 96 hektar lebih. Kerusakan itu terumtama di daerah aliran sungai irigasi persawahan. Karena B3 dalam karung digunakan sebagai tanggul penahan bantaran sungai. Selain sebagai urugan jalan persawahan.

Limbah elektronik seperti pembakaran PCB (printed circuit broad), Komputer, Handphone, Printer, Cartridge, Kabel dan sebagainya dampak pembakarannya lebih berbahaya, dibandingkan pengolahan limbah aluminium. Asap yang mengepul ke udara merusak ozon juga lebih parah.

Untuk pemulihan kondisi serupa itu, kami menyiapkan anggaran Rp 12 milyar. Diantaranya untuk memperbaiki lingkungan yang ramah, menjadi kawasan sentra industri ekonomi kreatif, menumbuhkan ekonomi kerakyatan, mewujudkan eko wisata.

“Ingin kami bersama warga pelaku usaha untuk melakukan perbaikan. Bisa dalam bentuk koperasi untuk kelembagaannya. Sebab sangat sulit apabila berjalan sendiri-sendiri,” katanya.

Enam daerah yang akan digarap untuk pemulihan yakni Desa Kendalsari dan Desa Curahmalang Kecamatan Sumobito, Desa Carangrejo dan Desa Kedungmlati Kecamatan Kesamben, Desa Buduksidorejo Kecamatan Peterongan, dan salah satu desa di Kecamatan Mojoagung. (edp)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here