Demo Projo, Tuntut Transparansi Anggaran Penanganan Covid-19 di Kabupaten Jombang
Jombang, layang.co – Belasan orang aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pro Jokowi (Projo) hari Kamis (2/7/2020) pagi melakukan demonstrasi di depan gedung DPRD Jombang. Mereka menuntut adanya transparansi (keterbukaan) pemanfaatan anggaran Covid-19 yang nilai cukup fantastik Rp 140 milyar di Kabupaten Jombang.
Para pendemo saat melakukan aksi mengenakan pakaian APD (alat pelindung diri) berupa jas hujan. Mereka juga memakai masker, serta membawa dan melakukan aksi penyemprotan cairan disinfektan di lokasi demonstrasi.
Begitu sampai di gedung depan gedung dewan, aktivis Projo membentuk barisan dengan menerapkan social distancing. Seiring dengan itu, para pendemo membentangkan poster bernada tuntutan yang intinya meminta agar pemerintah mengendepankan kejujuran dan transparan dalam mengelola anggaran di tengah pandemi.
Djoko Fatah Rachim, Ketua Projo Jombang dalam orasinya membeberkan adanya dugaan kejanggalan penanganan Covid-19 di Kota Santri. “Anggaran penanganan Covid-19 di Jombang sangat besar, kisaran Rp 140 miliar. Namun hal itu tidak pernah disosialisasikan,” kata aktivis yang kerap menyoroti persoalan korupsi ini.
Menurut Fatah, selama ini penanganan Covid di Jombang cenderung tertutup. Pemerintah tidak membeberkan berapa anggaran yang terserap. Kemudian penggunaaan untuk apa saja anggaran sebesar Rp 140 miliar itu. “Jadi pemerintah Jombang harus mempublikasikan anggaran tersebut,” pintanya.
Apakah ada indikasi korupsi dalam pengelolaan anggaran itu? Fatah tidak berani memastikan. Pasalnya, hingga saat ini belum ada evaluasi atau laporan pertangungjawaban. Juga belum ada temuan hasil pemeriksaan dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
“Yang pasti, kita meminta agar pemerintah daerah transparan dalam pengelolaan anggaran. Yakni, penggunaan dana tersebut wajib dipublikasikan. Kegunaannya untuk apa saja,” tukas pria kelahiran Madura ini.
Soal massa aksi yang mengenakan APD, Fatah menjelaskan, Projo memang menerapkan protokol kesehatan, sesuai imbauan pemerintah. “Makanya, dalam demo kali ini kita juga mengenakan APD. Namun karena keterbatasan dana, kita memakai jas hujan,” sambungnya.
Usai orasi, para pendemo ditemui dua anggota dewan, yakni Choirul Anam dan Ahmad Tohari. Namun hanya 15 orang yang dibolehkan masuk ke gedung dewan guna menyampaikan aspirasi. Dalam dialog tersebut, perwakilan pendemo menyampaikan segala permasalah Covid yang ada di lapangan. (dan)
