Warga Tani Berdatangan Membawa Jajanan 4 macam
Petani Banjarsari, Bareng Jombang Gelar Ritual Tolak 4 Balak Musibah di Sawah
Jombang, layang.co – Memasuki musim tanam padi di awal tahun 2020 para petani warga Dusun Banjarsari, Desa Bareng, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur menggelar ritual unik.
Ritual dengan cara tasyakuran jajanan tradisional buah tangan ibu rumah tangga keluarga tani. Jajanan itu selain boleh dimakan langsung di tempat ritual, juga boleh saling tukar menukar jajanan yang mereka bawa.
Ritual pun digelar di lokasi yang diyakini sebagai Petilasan Sunan Kudus di lingkup Dusun Banjarsari. Di tempat itu tersebut selain do’a bersama, juga selamatan empat macam jajan.
Yaitu clorotan, pasung, brondong serta kerupuk. Masing-masing jajan menurut warga setempat dipercaya memiliki filosofi menolak balak.
Pagi hari ketika jarum jam menunjukkan angka 07.00 WIB, para warga tani Dusun Banjarsari mulai berdatangan ke area Petilasan Sunan Kudus, yang terletak di pemakaman pinggiran dusun.
Warga Tani Menikmati Jajanan Tradisional Buatan Ibu Rumah Tangga Petani
Masing-masing petani membawa tumpeng khas. Tumpeng yang dibawa sebagai sedekah petani kepada sesama.
Kekhasan tumpeng karena bukan merupakan nasi dan lauk pauk, melainkan berisi jajanan, sebagai sedekah wajib dalam ritual ini. Yaitu kue clorotan, mirip kue lepat namun berisi tepung. Kue pasung, semacam jenang beras bercampur nangka yang dibungkus daun nangka. Brondong, bisa berupa brondong jagung ataupun brondong beras ketan dan harus ada kerupuk.
Lewi (60 tahun) seorang tokoh masyarakat setempat yang juga petani menjelaskan, tujuan petani selamatan jajanan ini adalah menolak berbagai balak.
Menurutnya, kue clorotan bermakna menolak sambaran petir. Pasung dipercaya memberi makna menolak suara guruh, yang gembelegar. Jajan brondong dimaknai menolak longsor dan kerupuk menolak terjangan angin kencang.
Dari filosofi seperti itu, sehingga diharapkan petani dalam melakukan aktifitas pekerjaan di tengah persawahan terhindar dari empat macam balak ketika mengolah sawah.
Acara clorotan diawali dengan berbagai penjelasan tujuan dan makna clorotan oleh tokoh masyarakat yang juga petani setempat. Kemudian dibacakan doa. Setelah pembacaan doa untuk Sunan Kudus yang diyakini sebagai Wali yang membuka (membabah) berdirinya Dusun Banjarsari, barulah tumpeng jajanan pasar di makan bersama-sama.
“Ritual clorota merupakan ritual tahunan yang telah digelar petani Dusun Banjarsari sejak tahun 1950 silam. Dan berkat pertolongan Alloh SWT, tidak pernah ada petani setempat yang tertimpa balak tersambar petir, angin kencang ataupun balak lainnya,” ungkapnya. (ab/dan)