Jawa Timur Miliki TPS Lokasi Khusus Terbanyak di Indonesia
Jombang, layang.co – Provinsi Jawa Timur ternyata bakan memiliki TPS Lokasi Khusus terbanyak di Indonesia. Berkaiatn dengan itu KPU mendekali pelaksanaan Pemilu 2024, terus melakukan mensosialiasikan, termasuk ke lingkungan pesantren yang ada di Jawa Timur.
Selain di Ponpes TPS Lokasi Khusus juga berada di Rumah Sakit dan Lembaga Pemasyarakatan (LP). Area tersebut merupakan kawasan penting karena menjadi obyek khusus bagi santri, dan anggota masyarakat lainnya.
Anggota KPU Provinsi Jawa Timur Divisi Data dan Informasi, Nurul Amalia saat melakukan sosialisasi di Pesantren Tebuireng Jombang, Minggu (22/10/2023) malam menyebut di Jawa Timur menjadi salah satu penyedia lokasi khusus terbanyak di Indonesia.
“TPS lokasi khusus itu tidak semua pesantren ada ya, meskipun kami sudah mensosialisasikan ke semua pesantren, tapi ada beberapa pertimbangan, salah satunya pesantren itu tidak ingin tampak di luar dan juga data,” ujarnya, usai menyaksikan Nonton Bareng ‘Kejarlah Janji’ bersama ratusan santri.
Nurul menjelaskan, tidak mudah bagi pesantren untuk menjadi bagian dari lokasi khusus. Karena pesantren secara mandiri harus menyerahkan data pemilih yang itu disetor kepada KPU untuk di validasi.
Terdapat 416 TPS lokasi khusus di Jawa Timur yang telah mendaftarkan diri. Mulai dari pesantren, panti sosial hingga lapas. “Jadi kalau dihitung, Jatim itu terbanyak di Indonesia untuk TPS lokasi khususnya,” ungkapnya.
Sosialiasi yang digelar KPU Jatim bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jombang kali ini dilakukan dalam bentuk nonton bareng (nobar) bersama ratusan santri Pesantren Tebuireng. Kegiatan dipusatkan di Gedung Yusuf Hasyim yang ada dalam komplek pesantren.
Nobar dalam rangka memperingati Hari Santri 2023 itu, juga sebagai sarana edukasi Pemilu kepada para santri. Para santri diajak nonton film berjudul ‘Kejarlah Janji’ yang bercerita tentang pemilihan kepala desa.
Selain sarana demokrasi, film tersebut juga menceritakan tentang berbagai situasi dalam Pemilu, hingga makna Pemilu sebagai sarana pemersatu (integrasi).
“Nobar ini dilakukan dalam rangka hari santri dan serentak se Indonesia. Selain hari ini, rencananya juga akan dilakukan nobar pada 28 Oktober memperingati sumpah pemuda,” kata Nurul Amalia.
Dalam nobar ini, diharapkan masyarakat tentang Pemilu yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang. Terutama para santri, yang notabene sebagai pemilih pemula.
“Targetnya masyarakat faham pemilihan dengan cara yang riang gembira dengan nonton bareng. Kalau biasanya sosialisasi tatap muka itu kan monoton ya. Nah dengan nobar ini, diharapkan terutama para pemuda bisa menyambut dengan gembira pemilu pada 2024 mendatang,” tukasnya.
Saat ditanya soal apakah nobar ini bagian dari upaya memaksimalkan agar santri menggunakan hak pilihnya di TPS lokasi khusus yang banyak berada di pesantren, ia tidak menampiknya. “Kalau bagian (dari memaksimalkan hak pilih) ya,” tegasnya mengakhiri wawancara.
Sementara salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Irfan Yusuf Hasyim mengakui santri harus menjadi bagian penting dalam pelaksanaan pemilu. Tidak hanya sekedar menjadi obyek namun juga harus bisa menjadi subyek. Dirinya mencontohkan peran dari KH Hadratus Syaikh Hasyim Asyari, sang pencetus resolusi jihad yang menjadi cikal bakal lahirnya Hari Santri Nasional.
Pendiri Ponpes Tebuireng ini mengambil peran penting untuk menyelamatkan bangsa dari penjajahan.
“Mbah Hasyim itu tokoh agama, tokoh pesantren namun disisi lain juga menjadi tokoh politik,” sebut Gus Irfan, cucu Mbah Hasyim.
Dirinya mencontohkan, Mbah Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama karena situasi politik. Termasuk mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) juga karena sitiasi politik. Hingga akhirnya Mbah Hasyim menyerukan resolusi jihad untuk mempertahankan kemerdekaan yang belum mendapatkan pengakuan dunia.
“Seruan ini menjadi cikal bakal ditetapkannya hari santri. Untuk itu santri tidak boleh buta dari politik karena politik menjadi salah satu penentu masa depan Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut Gus Irfan mengingatkan, moment Hari Santri Nasional tidak hanya moment menggelar upacara dan mengenang perjuangan para kiai dan santri. Namun, bagaimana santri bisa berperan dalam pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.
“Apa cukup dengan menggelar upacara di seluruh pesantren, tentu tidak!! Santri harus berperan dalam membangun negeri ini,” pesanya. (**/dan)














