Syahrul Munif Mantan Tentara ISIS saat Bedah Buku: Virus Paham Radikalisme Menghilangkan Logika
Jombang, layang.co – Syahrul Munif mantan tentara ISIS yang saat ini sudah kembali ke pangkuan NKRI mengatakan, virus paham radikalisme yang merasuk ke dalam jiwa raga seseorang bisa menghilangkan logika. Kendatipun secara akademis seseorang memiliki pendidikan tinggi dan dasar keimanan agama cukup kuat.
Yang ada dalam gelora jiwa raganya adalah ibadah, jihad, berjuang untuk agama dan membela kebenaran atas nama agama Allah. Tujuan akhir, adalah mati sahid dan masuk surga. Akan tetapi, setelah masuk dan berjuang menjadi tentara ISIS, ternyata tidak sesuai dengan apa yang dipropaganda tentara ISIS dalam perjuangannya.
Demikian sebagaian yang disampaikan Syahrul Munif menjawab pertanyaan peserta dari unsur mahasiswa saat dialog bedah buku dan seminar yang dikemas dalam kegiatan bedah buku berjudul “Api Jihad di Tanah Suriah”, Selasa (4/10/2022).
Kegiatan yang diselenggarakan PT Media Pertiwi Memo Xpos, penerbit media online memoexpos.co dan memoexpos.tv ini berlangsung di ruang rapat Bung Tomo Pemkab Jombang, diikuti ratusan undangan dari berbagai unsur ormas kepemudaan, LSM, mahasiswa, pelajar, dan awak media.
Hadir pula Kepolres Jombang, AKBP Moh Nurhidayat, Perawakilan dari Kodim 0814/Jombang, Kepala Perpustakaan dan Kearsipan Jombang Drs Suwignyo, Kepala Kesbangpol Jombang, dan Wakil Bupati Jombang Sumrambah yang membuka acara dimaksud.
Mendampingi Syahrul Munif sebagai nara sumber utama yakni Abdul Muntholib, seorang alumni Santri Pondok Pesantren Tambakberas Jombang sekaligus wartawan senior Jawa Pos Radar Malang, sebagai penulis novel kisah perjalanan Syahrul Munif sebagai tentara ISIS.
Buku novel yang berisikan perjalanan Taubatnya Mantan Tentara ISIS Kembali ke Pangkuan NKRI ini ditulis oleh Abdul Muntholib, berisi 354 halaman. Mengupas perjalanan mendalam, risiko, dan munculnya keinginan kembali ke tanah air Indonesia.
Bedah buku ini sebagai bentuk aktualisasi peran pers sebagai fungsi pendidikan, selain sebagai media informasi dan kontrol sosial, salah satunya memberikan pemahaman kepada generasi untuk tangkal faham radikal, khususnya di Kabupaten Jombang, yang mana terdapat ratusan pondok pesantren.
Direktur PT Media Pertiwi Memo Xpos Muhammad Masrur, dalam kesempatan tersebut menyampaikan pers mempunyai peran yang signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menambah wawasan bagi masyarakat.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat, untuk sama-sama melihat dan peduli terhadap situasi bangsa dan negara saat ini, apalagi momen politik sudah semakin dekat. Banyak berhembus isu-isu yang butuh pencermatan dan sikap tepat yang bijak.
Kapolres Jombang AKBP Moh. Nurhidayat menyebut, kegiatan bedah buku yang digelar ini merupakan pengabdian jurnalis kepada masyarakat. Ia berharap semua pihak untuk tetap menjaga kekompakan dan kesolidan, demi keutuhan bangsa Indonesia, apalagi menghadapi tahun politik 2024.
Kapolres memberikan apresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh media memoexpos.co ini, diharapkan sesuai judul buku api jihad di tanah Suriah, untuk dijadikan pemicu kebaikan jihad yang baik menata keutuhan NKRI dan menjadikan bangsa Indonesia semakin maju.
“Api jihad di tanah Suriah ini bisa menjadi pemicu api jihad di bumi pertiwi tercinta ini, untuk menjadi makin kokoh,” harap Kapolres.
Wakil Bupati Jombang Sumrambah yang membuka seminar bedah buku mengatakan, pentingnya perdamaian didalam bangsa Indonesia, tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan bahkan pembunuhan.
“Saya berharap dengan adanya bedah buku novel kisah nyata Syahrul Munif dengan judul Taubatnya Mantan Tentara ISIS Kembali ke Pangkuan NKRI ini, bisa menjadikan satu pemahaman, bagaimana pentingnya persatuan dan kesatuan untuk menghadapi era global,” tuturnya.
Bedah buku yang langsung dihadiri oleh penulis buku Abdul Muntholib serta mantan tentara ISIS Syahrul Munif ini dimoderatori oleh Syaiful Aris wartawan memoexpos.co ini mendapat apresiasi dari peserta saat dialog interaktif.
Menjawab pertanyaan peserta Syahrul Munif mengatakan, hembusan radikalisme belakangan ini terus dihembuskan oleh oknum jaringan ISIS di negara ini, terutama menyasar generasi muda yang masih labil.
“Beragam bujukan dan propaganda digencarkan oleh jaringan ISIS, terutama dengan pola digitalisasi, meliputi berbagai sektor, sosial budaya, ekonomi, keimanan dan idiologi negara. Jaringan ISIS masih terus bergerak, ini patut waspada, menyerang lintas generasi,” papar mantan napi teroris yang sempat menghuni Lapas Nusakambangan ini.
Syahrul Munif berada di Suriah sekitar tahun 2014 lalu. Di sana dia bertindak sebagai tentara perang berbaur dengan tentara ISIS, sudah terbiasa menggunakan dan bongkar pasang (service) senjata AK-16, melempar bom dan mengikuti kegiatan kejam dalam peperangan lainnya.
Setelah merasa perjuangannya tidak sesuai dengan paham radikal yang ia yakini, Syharul Munif berupaya keras menyakinkan, mengibuli tim tentara ISIS di Suriah agar dirinya mendapat paspor miliknya untuk bekal pulang ke Indonesia dengan dalih akan kembali ke Suriah, dengan membawa anak, istri dan keluarganya.
“Sebagai anak lelaki tunggal dari empat bersaudara, rasa hati teriris manakala mendengar telpon suara ibu kandung saya, yang tidak mau makan. Ketika kena virus paham radikal, saya tidak perduli dengan dua putri saya yang masih kecil-kecil. Padahal, baru beberapa tahun saya berumah tangga, saat indahnya berumah tangga, itu saya tinggalkan,” beber sesal, lelaki yang lahir dari keluarga nadliyin ini, sempat mondok dan mendapat pembinaan keluarga yang harmonis, saat berdomilsi bersama keluarga di Malang, Jawa Timur. (dan)














