“Ayo… Bersama Akhiri TBC Indonesia Bisa”, Temukan, Obati Sampai Sembuh
INILAH slogan Peringatan Hari Tuberkuloasis sedunia tahun 2024. Peringatan yang sesungguhnya jatuh pada tanggal 24 Maret, namun oleh civitas medis RSUD Jombang dilakukan pada, Jum’at, 23 Maret.
Peringatan dilakukan dengan cara sederhana, Direktur RSUD Jombang Dr dr Ma’murotus Sa’diyah M.Kes., secara simbolis memberikan bingkisan kepada seorang pasien TBC yang sudah pulih sembuh.
Rasa kebersamaan untuk semangat sembuh itu, ditandai dengan menghadirkan sekitar 56 orang pasien TBC dengan tanaga pendamping di ruang layanan Poli Paru, di Gedung Medical Check UP, RSUD Jombang, Jl. KH Wahid Hasyim.

Selain mendapat bingkisan, mereka diundang untuk memperoleh materi pembekalan masalah TBC, seperti gejala awal timbulnya TBC, cara pengobatan, upaya hidup sehat, serta bagaimana menghindari, mempertahankan hidup sehat bebas dari TBC.
Direktur RSUD Jombang Dr dr Ma’murotus Sa’diyah M. Kes., pada kesempatan tersebut menyerukan kepada seluruh pasien untuk terus optimis bisa sembuh. Asalkan mau berobat, secara rutin, boleh di Puskesman maupun di RSUD.
“Yang penting mau berobat. Obat bisa diiperoleh secara gratis. Pemerintah Indonesia mendapat bantuan dari WHO. Yang kedua, jangan malas bergerak. Tiap hari harus olahraga dibawah sinar matahari pagi, sangat baik,” tandas Dr dr Ma’murotus Sa’diyah yang akan dipanggil Ning Eyik ini.
Ning Eyik mantan Kepala Puskesmas Mojoagung tahun 2014-2019 lalu ini juga mengajak kalangan masyarakat untuk menghilangkan stikma, atau anggapan terhadap TBC. Bahwa TBC bukan penyakit turunan, bukan penyakit kutukan, bukan penyakit yang tabu.
“Semua orang bisa terkena TBC, tapi yang penting mau berobat,” ucap Ning Eyik alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ini.
Ketua Yayasan Universitas Darul Ulum Jombang (2000-2010) mengepresiasi pada pasien yang telah sembuh. Mereka telah komitmen optimis mempunyia semangat sembuh dengan minimal meminum obat secara rutin selama enam bulan.
“Bagi yang parah, TB MDR misalnya, bisa enam bulan lebih dengan kombinasi obat cukup banyak. Ada yang putus tidak berobat, tapi yang semangat berobat bisa pulih sembuh dan mampu bekerja secara normal,” tukas mantan Kepala Puskesmas Kepulungan Pasuruan (2005-2009), kemudian Kepala Puskesmas Gempol Pasuruan (2009-2013) ini.
Masih ditempat yang sama kepada http://layang.co mantan Rektor Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang 2000-2010 ini menjelaskan, TBC bisa menular. Di Indonesia masih endemik TBC, bahkan urutan kedua setelah India.
Di Kabupaten Jombang juga harus menjadi perhatian, karena relatif masih banyak. Menduduki urutan kelima di Jawa Timur, ungkapnya.
“Penularan TBC tergantung dari kekuatan daya tahan tubuh. Meskipun tiap hari bersama orang TBC, bisa tidak tertular. Zaman dulu belum ada obat, orang cukup dengan berjemur di bawah sinar matahari,” imbuhnya.

Berkaitan dengan upaya pemberantasan TBC RSUD Jombang, kata mantan Kabid Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Jombang (2019-2021) ini memberikan layanan dengan cara memilah, tidak mencampur dengan pasien umum.
Bahkan, ruang layanan Poli Paru diberikan sekat-sekat, agar sirkulasi udara bisa berlangsung secara baik. Yang kategori MDR, tidak harus ikut antri, akan tetapi dilayani secara khusus.
Pasien TB MDR (multidrug-resistant tuberculosis adalah jenis tuberkulosis yang kebal terhadap 2 obat antituberkulosis paling kuat) itu dikasih tanda register tersediri.
“Bahkan saat mengambil obat ke tempat khusus, tidak perlu daftar, bisa melalui WA group, atau bisa diantar oleh tenaga medis pendamping.
“TB MDR ini, sangat rawan menular pada orang lain,” terangnya.
Poli Paru di RSUD Jombang memberikan pelayanan mulai pukul 08.00 – 15.00 WIB buka setiap hari hingga pada hari Jum’at. Terdapat tiga ruang tunggu, A, B, dan C, untuk memilah kategori kualitas penderita saat pelayanan.
Poli Paru ada empat unit jenis layanan, didukung 2 orang dokter spesialis, empat tenaga medis pendukung.
Dokteral dari Universitas Brawijaya, Ning Eyik ini menyebut, layanan poli paru RSUD Jombang memiliki tiga orang dokter paru, dan seorang konsultan penyakit paru, yaitu dokter Rustam, pungkasanak kelima dari pasangan KH Mustain Romli dan Nyai Djumiatin Wahab ini. (dan)














