Gereja Allah Baik Bersinergi dengan Pemdes Sambongdukuh Undang Masyarakat Jombang Berobat Gratis
Jombang, layang.co – Gereja Allah Baik (GAB) Damai Sejahtera bersinergi dengan Pemerinah Desa Sambongdukuh, Kecamatan/Kabupaten Jombang melakukan bakti sosial pengobatan gratis dan pijat akupuntur.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesehatan warga kota santri sehat, tanpa kecuali, untuk itu GAB berkerjasama dengan Pemerintah Kecamatan dan Forum Komunikasi Masyarakat Jombang serta Paguyuban Abang Becak, kegiatan dipusatkan di Gedung Gereja Jalan Abdul Rahman Saleh, No 94, Desa Sambong Dukuh, Kecamatan atau Kabupaten Jombang, Rabu (18/6/2025) pagi.
“Kami ingin masyarakat Jombang sehat semua. Saat ini, banyak yang stres karena tekanan ekonomi, tekanan darah tinggi, kolesterol, dan gula. Karena itu, kami berinisiatif membantu masyarakat dan pengobatan gratis ini terbuka untuk umum tanpa memandang agama atau suku, meskipun diadakan di gereja,” ucap Pendeta Herry Soesanto.
Adapun layanan yang diberikan meliputi: akupuntur (tusuk jarum), pijat, serta pemeriksaan kesehatan seperti tes darah, asam urat, lemak, tekanan darah, gula, dan kolesterol. Para pasien juga akan mendapat obat sesuai resep dokter.
“Kami juga ingin mengenalkan akupuntur karena masih banyak masyarakat yang belum berani mencoba, padahal hasilnya luar biasa. Saya sendiri sudah 65 tahun, tapi rajin olahraga seperti jalan kaki dan renang agar tetap sehat,” ungkapnya.
Sedikitnya sudah 200an warga yang hadir dari 500 orang yang ditargetkan. Ia juga mengharapkan kegiatan ini terus berlanjut setiap tahunnya.
“Hampir rata-rata setelah pemeriksaan banyak terkena kolesterolnya. Kita ingin bakti sosial kesehatan terus berlanjut demi mewujudkan masyarakat Jombang yang lebih sehat dan sejahtera,” pungkasnya.
Sementara itu, Wenas Go selaku Bagian INTI Jatim Sosial Budaya dan Kesehatan juga menambahkan bahwa kesehatan ini mengedepankan pendekatan preventif (pencegahan) dan edukatif (pendidikan) dalam bakti sosialnya. Metode ini diambil untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya mendengarkan ‘alarm’ tubuh sebelum penyakit menjadi parah.
“Kami mengambil filosofi pengobatan tradisional, seperti kerokan, yang sebenarnya adalah cara tubuh memberi sinyal. Dulu, orang merespons dengan puasa, tidak begadang, dan menjaga pola hidup, sekarang, banyak yang mengabaikan tanda-tanda tubuh sampai akhirnya terlambat, seperti diabetes yang berujung amputasi,” imbuhnya.
Menurutnya, kemajuan teknologi justru sering menjadi bumerang bagi kesehatan, sebab kebiasaan begadang, terlalu lama menatap layar HP, atau pola hidup monoton tanpa olahraga memicu berbagai penyakit diantaranya kaki kram serta pola tidur tidak teratur memperburuk kondisi.
Jadi ini seperti penyakit nanggung (setengah-setengah) kondisi yang muncul karena pola hidup tidak seimbang—kurang gerak, stres ekonomi, dan rasa gelisah akan masa depan.
“Di bakti sosial ini Kami mengajak masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan, misalnya dengan berpuasa, mengatur pola makan, dan berolahraga. Masalah buatan manusia bisa diatasi dengan disiplin, sedangkan masalah di luar kendali kita serahkan pada Tuhan,” pungkasnya. (dan)