Alfan-Aslikah Warga Ngoro Jombang Pengrajin Kostum Wayang Potehi

0
601
Aslikah Rajin Menjahit Kostum Wayang Potehi

Alfan-Aslikah Warga Ngoro Jombang Pengrajin Kostum Wayang Potehi 

Jombang, layang.co – Alfan-Aslikah, pasangan suami istri di Jombang, Jawa Timur puluhan tahun menekuni usaha kostum Wayang Potehi. Pasangan ini sebagai produksen. Menjahit, merajut, merajinkan potongan kain untuk menjadi busana, atau kostum ini dikerjakan secara manual.

Wayang Potehi, kesenian asal Tiongkok yang selalu hadir di perayaan Tahun Baru Imlek ini memang berbeda dengan wayang kulit. Wayang Potehi mengenakan kostumm berbahan kain, sedangkan wayang kulit, tanpa kostum kain, namun busana atau kostum bergambar ukir, warna warni.

Ketrampilan menjahit dan membordir yang dimiliki pasangan ini sudah menghasilkan ribuan aneka kostum Wayang Potehi berbagai karakter dan model. Di ruangan kecil pinggir jalan di Desa Kauman, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur inilah pasangan suami istri Alfan (56 tahun) dan Aslikah (46 tahun)  memproduksi kostum Wayang Potehi.

Aslikah, sang istri dengan telaten membordir kain yang sudah di skestsanya. Berbagai bentuk kostum khas Tiongkok ini di kerjakan dengan mesin bordir miliknya. Dengan ketekunan keduanya masih tetap menyelesaikan sisa-sisa pesanan kostum Wayang Potehi dari salah satu warga Tionghoa pelanggannya.

Sebelum membordir, perempuan tiga anak ini menggambar sesuai dengan sketsa yang sudah dibuatnya. Sedang sang suami menyelesaikan jahit bagian lain termasuk pernik dan aksesorisnya.

Alfan, Serius Menjahit Kostum Wayang Potehi

Pasutri ini mengaku sudah menekuni usaha jahit kostum kesenian asal Tiongkok ini sejak 2011. Awalnya, pasangan ini sempat ragu menerima pesanan kostum munggil dengan segala kerumitannya saat pertama kali ditawari kerjaan. Namun setelah di coba, akhirnya pasutri ini menyukainya. Setiap hari keduanya dia bisa menyelesaiakn dua hingga tiga kostum aneka karakter.

Aslikah mengaku, awal mendapat tawaran pekerjaan ini, kami kesulitan, karena tampak rumit, namun satu dua kali kami lakukan akhirnya terbiasa.

“Modelnya macam-macam. Kalau yang pengerjaan mudah kami bisa merampungkan dua sampai tiga potong. Tapi jika pas sulit, kami butuh waktu beberapa hari, kadang hanya dapat satu potong,” ungkapnya.

Yang sulit kostum panglima, karena ada yang timbul. Ongkos kerja dihargai Rp 40.000 – Rp. 50.000 per potong untuk yang mudah. Adapun yang paling tersulit 100 ribu, jelas Aslikah.

Kostum apakah yang tersulit, Aslikah mengaku kostum jendral yang paling sulit dikerjakan. Karena harus menggunakan kain khusus dan jahit timbul. Untuk ongkos biasanya paling mudah dihargai 50 ribu dan paling mahal bisa mencapai 100 ribu. Apakah  di tahun baru Imlek ini pesanan meningkat, Aslikah mengakui memang ada peningkatan  namun karena tenaga yang dimilikinya terbatas maka dia kerjakan sesuai kemampuannya. (ab/dan)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here