Sumber Biru, Lokasi Wisata Alam Pilihan di Wonomerto Wonosalam 

Tempat Wisata Alam di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Menanti Kunjungan Wisatawan dengan Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19.

Sumber Biru, Lokasi Wisata Alam Pilihan di Wonomerto Wonosalam 

SUMBER BIRU. Inilah nama  tempat wisata alam yang bisa dijadikan pilihan bagi warga Jombang dan sekitarnya. Untuk mencapai lokasi ini tidaklah sulit. Berada di tepi jalan ruas Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Berkunjung ke tempat ini tidak bakal kecewa. Suasana alam cukup asri. Rerimbunan pohon teduh mengayomi ruang lingkup obyek wisata yang luasnya sekitar  3 hektar ini.

Meski musim kemarau melanda, sebagaimana saat layang.co bertandang, Jumat (11/9/2020) suasana sejuk sangat terasa. Terpaan udara dihembuskan bumi hijau Wonosalam menyejukkan hati.

Sedikit lelah setelah menempuh perjalanan dari Jombang Kota seketika sirna sesampai di lokasi wisata yang semula merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Yang oleh anak muda dalam wadah Karang Tarusa Desa Wonomerto, diubah pemanfataanya menjadi prospektif.

Tidak kurang dari 25 anggota Karang Taruna di bawah Koordinator,  Tekat Slamet (30 tahun), memadukan inspirasi, bersama berobsesi TPA lebih refresentatif, memberikan peluang pertumbuhan  ekonomi yang dinamis bagi warga masyarakat sekitar.

Diawali dengan gotong royong membersihkan limbah yang dibuang oleh masyarakat, kemudian ditindaklanjuti beberapa langkah polesan, agar menarik sesuai kondisi riil lingkungan alam setempat.

Konon, di tempat ini merupakan sumber mata air berwarna biru. Ketika itu  daya dukung habitat alam hutan di Wonomerto masih terjaga. Namun, seiring dengan waktu, perubahan lingkungan terus tedampak sehingga menjadi alternatif sebagai TPA.

“Kata orang-orang tua kita, dulu di sini ada sumber air yang berwarna biru. Sebab itu,  kita sepakati, nama Sumber Biru sebagai nama,” tukas Tekat Slamet

Setiap pengunjung yang masuk dikenakan tiket Rp 5.000/orang, dengan durasi sesuka hati,  bisa bersama teman maupun keluarga.

Di tempat ini, terdapat gubuk yang bisa digunakan untuk istirahat. Ada batu yang mempunyai cerita riwayat tersendiri, terdapat aula dan area untuk kegiatan camping, serta banyak obyek untuk berswafoto selfi.

Obyek utama wisata di sini merupakan sungai, habitat alam sepanjang 200 meter yang dipoles cukup artikulatif. Terdapat meja dan bangku untuk duduk berhadapan bersama teman. Menikmati rasa santai sambil mencari inspirasi, pengunjung bisa memesan berbagai menu makanan yang dijajakan warga setempat. Sembari menunggu, kaki pengunjung bisa  direndam dalam aliran air sungai yang bening, diiringi suara gemericik seirama hati.

“Heeem….tempatnya nyaman. Selain udaranya sejuk, menu makanannya enak. Tempat makannya unik, ada sensasi karena berada di sungai, tarif masuk maupun harga makanannya terjangkau,“ ujar Izah, warga Blimbing, Kecamatan Gudo yang terkesan.

Tekad Slamet bersama Karang Taruna Desa mengelola lahan seluas 3 ha ini dengan cara menyewa pada pemilik dalam 12 sertifikat warga setempat, sejak 2018 lalu. Strategi pengelolaan bekerja sama dengan Bumdes, dan mendapatkan bantuan dana sebanyak 5 juta rupiah tahun 2018 lalu.

“Tahun 2019 kita mengajukan lagi dana cair Rp 70 juta. Di sinilah kita mulai bangun perbaiki semuanya. Dari kerja sama itu kita memberikan PADes Rp 31 juta akhir tahun 2019,” ungkapnya.

Tidak hanya bantuan dari BumDes, untuk ke depan pengelola juga telah mengajukan proposal Rp 100 juta kepada Kementrian Pariwisata Provinsi Jatim, semoga bisa terealisasi pada tahun 2021, harapnya.

“Hasil dari wisata Sumber Biru ini dibagi kepada beberapa pihak, diantaranya  upah  pekerja di Sumber Biru, untuk biaya operasional pengelolaan, dan untuk pemilik lahan serta  kas karang taruna,” jelasnya.

Kadatangan pengunjung cukup ramai ketika hari libur, Sabtu – Minggu, bisa mencapai 1.000 orang lebih, namun apabila hari biasa sekitar 100 –  200 wisatawan.

Meski pandemi Covid-19 tidak mengurangi jumlah pengunjung masuk. Pengelola menerapkan protokol kesehatan ketat, sebagaimana himbauan pemerintah. Disediakan   sabun, tempat cuci tangan dengan air mengalir, dan wajib bermasker. Serta dilakukan penyemprotan disinfektan di area wisata setiap seminggu sekali

“Obyek wisata ini diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.  Bagi  yang masih  pengangguran bisa berinisiatif mengembangan usaha, atau membuat kerajinan tangan yang menarik bagi wisatawan,” ajak Tekat Slamet. (Ni’matul Sischah)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *