Sepenggal Kisah Peranan Santri dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan RI

KH. Abdul Hakim Mahfuz (62 tahun) selaku Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Senin (17/8/2020)

Sepenggal Kisah Peranan Santri dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan RI

BANYAK Rakyat Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan  Indonesia salah satunya Santri. Demikian disampaikan oleh  KH. Abdul Hakim Mahfuz (62 tahun) selaku Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur saat diwawancarai awak media di pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Senin(17/08/20).

Sebelum saat proklamasi 17 Agustus 1945, Indonesia masih berada dalam Pemerintahan Jepang hingga Jepang lengah proklamasipun diumumkan.

“Pada saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita masih berada dalam pemerintahan Jepang yang makin lama makin lemah, kemudian kita sempat memproklamasikan, nah setelah itu kembalilah yang namanya pasukan Sekutu, disitu Belanda mengikuti rombongan Sekutu untuk kembali menjajah Indonesia,” terang Pengasuh Pondok Tebuireng.

Ketika beberapa daerah belum menyiapkan pasukan untuk mempertahankan daerah, tetapi Jawa Timur sudah menyiapkan pasukan untuk melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.

“Jadi kita yang Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai negara yang ingin merdeka karena Jepang melemah. Kemudian kembalilah Belanda bersama Sekutu dan kita mempertahankan kemerdekaan itu. Nah nampaknya di Jakarta tidak disiapkan pasukan-pasukan. Pasukan Belanda masuk ke Jawa Barat, Jawa Tengah, kemudian kebetulan di Jawa Timur ini sudah disiapkan pasukan-pasukan,” ungkap  KH. Abdul Hakim Mahfuz atau yang sering dipanggil Gus Qiqin.

Lanjut Gus Qiqin, Jawa Timur ini sudah disiapkan pasukan-pasukan, ada pasukan Hisbullah, ada Sabilillah, kemudian banyak pasukan-pasukan yang sudah disiapkan di Jawa Timur itulah kenapa Belanda masuk di Jawa Timur mendapatkan perlawanan yang begitu gigih.

Sementara itu, puncaknya terjadi di peristiwa 10 November menjadikan peristiwa mempertahankan kemerdekaan oleh Rakyat Indonesia.

“Nah, ini kemudian peristiwa-peristiwa puncaknya di peristiwa 10 November itu, jadi mempertahankan kemerdekaan oleh Rakyat Indonesia yang saat itu tentaranya, masih belum terbentuk sehingga secara spontan santri-santri inilah kemudian yang melawan masuknya Belanda yang bersama sama dengan masuknya pasukan Sekutu,”  urai Gus Qiqin.

Imbuh KH. Abdul Hakim Mahfuz, bahwasannya , jadi peran itulah yang menjadikan satu momen yang sampai sekarang ini sebetulnya perlu dianggap juga peran dari Pondok Pesantren ini. (NS)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *