Banjir Rutin Tahunan di Desa Jombok Kesamben Jombang Butuh Solusi Nyata Normalisasi Saluran

0
731
Warga Berkumpul di Rumah dalam Kebanjiran

Banjir Rutin Tahunan di Desa Jombok Kesamben Jombang Butuh Solusi Nyata Normalisasi Saluran

Jombang, layang.co – Banjir yang terjadi di lingkungan Dusun Beluk RT 03 RW 01, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang, Jawa Timur adalah bencana rutin tiap tahun di musim hujan.

Meski warga selalu bertahan dalam kondisi tidur diatas air, namun sesungguhnya butuh solusi nyata, sesuai keadaan, agar warga bisa lebih nyaman.

Meski demikian, belum ada laporan korban jiwa, sedangkan korban kerusakan harta benda dalam lingkup perumahan belum bisa dikalkulasi.

Rabu (5/2/2020) memasuki hari keempat warga harus bertahan dalam keadaan air belum bisa surut. Kondisi ini cukup memprihatinkan, terutama bagi warga yang bermukim ditikungan Dusun Beluk menuju arah ke Dusun Bekucuk, wilayah Mojokerto, sebagai titik banjir.

Kawasan tersebut, merupakan lingkungan yang rendah. Di belakang perkampungan terdapat anak sungai Watudakon, yang selalu naik debit airnya, manakala hujan turun relatif deras sekitar 3 hari berturut-turut.

Timbulnya banjir ini, sesungguhnya bukan disebabkan karena hujan di wilayah Desa Jombok, Kesamben, melainkan, hujan di wilayah bagian barat dari arus mata air sungai Watudakon, seperti dari Kecamatan Tembelang yang bermuara di lingkungan Desa Jombok, sebelum air menuju jalur sungai Sipon Mojokerto, yang berikutnya arus air posisinya mengalir di bawah sungai Brantas.

Peninjauan dilapangan menunjukkan, tinggi air setinggi lutut orang dewasa. Luapan air sudah masuk ke dalam rumah. Ngatinah (60 tahun) seorang warga yang rumahnya terendam air berharap air segera surut. Menurut Ngatinah, kebiasaan banjir di tempatnya berkitar sekitar satu minggu baru airnya surut.

Suprianto (64 tahun) warga setempat menjelaskan, problem penyebab banjir adalah daerah aliran sungai perlu dilakukan normalisasi. Selain sudah dangkal karena sidementasi, luas sungai sudah menyempit. Konon sekitar 16 meter lebarnya, saat ini menjadi sekitar 8 meter karena ada sebagian warga yang menjadikan area pertanian.

Pengamatan layang.co pada jalur sungai menuju Desa Jombok, pada tahun 2019 lalu alur sungai ini sudah dilakukan normalisasi, meliputi lingkup sungai di Desa Blimbing, yang posisinya berada di sebelah barat Desa Jombok, normalisai mengerahkan dua alat berat. Namun, kegiatan diberhentikan sebelum proyek selesai karena ada bagian inti (otak) dari salah satu alat berat ada yang hilang, tidak ada yang bertanggungjawab.

“Kegiatan dihentikan karena, kontraktor pelaksana mengalami kerugian besar. Tidak ada dukungan jaminan kenyamanan dari warga setempat. Ada yang bilang kontraktor rugi,” ungkap Burhanuddin, seorang  anggota tim Balai Besar DAS Sungai Brantas, yang juga warga Desa Watudakon.

Bupati Hj Mundjidah Wahab bersama rombongan meninjau lokasi di banjir di Desa Jombok, Rabu siang. Turut mendampingi Bupati Kepala Dinas PUPR, Kepala BPBD, Jajaran Forpimcam.

Menjawab pertanyaan awak media terkait solusi banjir yang melanda wilayah Kecamatan Kesamben, Bupati mengatakan akan melakukan upaya untuk normalisasi saluran dan membangun tanggul.

“Kita sudah lakukan permohonan ke Pemerintah Pusat, saya kawal sendiri ke Kementerian PUPR, sudah ke DPR Komisi V juga. Kita meminta agar ada penanganan bencana banjir yang dekat di sungai Watudakon ini, selain akan dilakukan normalisasi sungai, juga akan dibangunkan tanggul,” janji Bupati.

Menurut Bupati , daerah terdampak banjir ini karena memang posisi air di sini lebih tinggi daripada pemukiman warga. Untuk membantu warga, kata Bupati,  Pemerintah Kabupaten  akan lakukan bantuan baik berupa posko pengsungsian, makanan, nasi bungkus 3 kali sehari. “Semoga Pemerintah Pusat segera mengambil tindakan nyata, sesuai keadaan,” pungkas Bupati. (dan)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here